Tipuan Nakal
Mereka selalu bersama. Mereka adalah
lima remaja putra dan putri yang saling bersahabat. Mereka adalah Nisa, Aldy,
Fathur, Dea dan Salsa. Sekarang mereka
duduk di kelas sembilan SMP. Dimana mereka harus mempersiapkan segala yang
berkaitan dengan UN, UAS, dan materi-meteri lainnya. Tapi hari ini masih
semester satu, mereka masih bisa sedikit bernafas lebih lega. Namun sayang,
mereka semua ada di dalam lima kelas yang terpisah, sehingga komunikasi pun
sudah mulai menipis. Tidak seperti waktu mereka duduk di kelas delapan. Mereka
mulai bersahabat ketika kelas delapan. Mereka semua satu kelas.
“Dut
main yu ke rumah Dea” ajak Salsa ketika bertemu Aldy di studio musik tempat
dimana Aldy sering melatih kelincahan jari-jarinya dalam bermain bass.
“Sekarang bro? ajak yang lain atuh” ucap
Aldy. Aldy memang sering dipanggil sahabatnya dengan panggilan ‘Ndut’. Sesuai
nama paggilan, Aldy memang memiliki postur tubuh yang cukup gendut di kalangan
remaja putra. Selain berisi, dia pun berkaca mata.
“Yang lain udah pada kesana da, tinggal kita.
Kamu bawa motor kan?”
“Si Ntuy udah? Ya hayu atuh” tukas Aldy
sambil melagkah menuju motornya yang sedang terparkir. ‘Ntuy’ adalah nama
panggilan akrab Aldy kepada Fathur.
---
Matahari pun telah memancarkan sinar
lembayungnya, mereka semua pulang ke rumah masing-masing. Sesampainya di rumah,
Salsa mengirimkan sebuh pesan singkat kepada empat sahabatnya itu. Kapan-kapan kita main lagi ya, sebelum kita
semua sibuk. Ketiga sahabatnya memberikan respon positif atas pesan singkat
yang dikirimkan Salsa. Namun ada sesuatu yang mengganjal pada pesan singkat
yang dikirimkan Aldy untuk Salsa.
Kayanya aku ga akan bisa deh Sal. Itulah pesan singkat yang dikirimkan
Aldy kepada Salsa yang membuat rasa penasaran Salsa menguasai benaknya.
Maksud kamu? Tanya Salsa penasaran.
Maksudnya, besok aku udah pindah ke
SMPN 1 Sal, mamah aku yang minta.
Udah ga betah di 12 ya? Jangan dong, ah
bohong ya? Aku ga percaya!
Setelah
Salsa mengirimkan pesan singkat itu Aldy tak membalas lagi. Salsa semakin
peasaran dan cemas. Jujur, ia tak mau kehilangan sahabatnya itu. Karena
kecemasanya itu, Salsa menayakan tentang kepindahan Aldy kepada Dea.
“Ya emang bener ya Aldy mau pindah ke
satu? Emang bisa gitu? Kan udah kelas sembilan?” tanya Salsa kepada Dea di telepon.
“Kamu tuh, dia bohong deh, ga mungkin tau.
Udah-udah Ndut ga akan pindah sekolah ko say” hibur Dea. Tapi tetap saja
Salsa takut jika apa yang dikatakan Aldy itu nyata. Memang benar Aldy itu
adalah sosok yang cinta dengan hiburan, bercanda, tertawa dan lain sebagainya.
Tapi disaat Aldy mengirimkan pesan singkat yang menyatakan dirinya akan pindah
sekolah Salsa merasa ada keseriusan dari Aldy.
---
Kawan-kawan,
jangan kangen saya ya. Besok saya udah ga sekolah di SMPN 12 lagi. Saya udah
pindah, kalo mau ketemu sama saya dateng aja ke SMPN 1. Sorry ya saya ngasih
taunya dadakan, karena kalo dari jauh-jauh hari takutnya kalian kepikiran dan
terus sedih. Hehe, dadah. See you next ya J. Share.
Itulah
pesan singkat yang dikirimkan oleh Aldy kepada para sahabatnya. Begitu Salsa
membaca pesan singkat itu, perasaan Salsa menjadi semakin cemas. Karena
kecemasannya itu, Salsa menelepon Aldy. Sekaligus salam perpisahan.
“Ndut? Kenapa pindah?” tanya Salsa dengan
suara memelas.
“Mamah aku yang minta Sal, emang kenapa kalo
aku pindah?” tanya Aldy datar.
“Karena…” Salsa tak mengeluarkan
suaranya, setelah terdengar hembusan nafas “Karena,..
ya karena aku ga rela kamu pindah sekolah Dy” tukas Salsa dengan nada yang
tinggi membuat suaranya sedikit habis.
“Ih? Udah jangan gitu. Jangan sedih, nanti
Aldy malah jadi ga nyaman di sekolah baru. Udah malem kan? Tidur gih. Kalo bisa
mimpiin Aldy ya. Hehe”
“Emm, yaudah. Semoga seneng ya di sekolah
barumu. Jangan lupain kita yang ada di 12 sob. bye” setelah mengucapkan
kalimat itu Salsa memutuskan komunikasi diantara mereka dan Salsa pun beranjak
tidur karena hari sudah malam dan besok ia harus berangkat sekolah.
---
Esok pun tiba. Salsa sudah siap
menerima apa yang akan dilaluinya hari itu tanpa Aldy sahabatnya itu. Salsa
pergi ke sekolah dengan perasaan yang kacau.
Sesampainya di sekolah, Salsa
menyempatkan mampir ke kelas Aldy. Yaitu kelas 9E. Saat Salsa masuk ke dalam
kelas itu, ia hanya melihat beberapa anak yang baru datang. Saat itu memang
masih pagi. Tenpa berpikir panjang Salsa berteriak.
“Ndut jangan pidahhh!”
Teriakan
itu membuat anak-anak kelas 9E yang sedang melamun menjadi mengarahkan
perhatiannya kepada Salsa. Kerena malu Salsa megucapkan permintaan maaf kepada
mereka dan pergi menuju kelasnya. Setelah menaruh tas di bagkunya Salsa pergi
keluar untuk mencari angin, sebenarya udara pagi ini cukup dingin. Tapi entah
kenapa Salsa ingin pergi ke laintai bawah untuk berbincang degan sahabatnya,
Nisa, Dea dan Fathur.
“Thur, Aldy udah pindah ya?” tanya Salsa
datar.
“Iya Sal, sabar ya. Gue juga sedih” tukas
Fathur.
Saat
Salsa, Dea dan Nisa sedang asik berbincang mengenai tugas sekolah dan lain
sebagainya, ada tangan berukuran besar yang menutup kedua mata Salsa dan
berkata “Siapa cik?” dengan suara yag tidak Salsa kenal. Salsa memaksakan diri
untuk melepaskan matanya dari tangan raksasa itu. Syukurnya ia berhasil dan
saat ia membuka mata dan menoleh ke arah belakang, yang ia lihat adalah
senyuman nakal yang meghiasi wajah sahabatnya. Aldy. Tawa nakal Aldy membuat
semua yang ada di taman ikut tertawa, kecuali Salsa.
“Aku ga rela kalo kamu pindah, hahaha” ucap
Aldy dengan nakal sambil belagak seperti perempuan di depan muka Salsa.
“Dy diem deh ga lucu tau!” sentak Salsa
dengan pipi merah dan senyuman tipis menahan tawa.
“Heh, bukaya kita udah sepakat kalo Aldy itu
bohong?” tanya Dea sambil memukul pelan pundak Salsa.
“Tau ah, aku terhasut. Ihhh!” tukas
Salsa.
“Tau ga Sal? Pas kamu ngomong bahwa kamu tuh
ga rela Aldy pidah. Di kamar, Aldy tuh udah ngakak banget. Kocak lah kamu.
Hahaha dasar ga rela!” ucap Aldy degan suara nakalnya.
“Yayayaya terserah lah, Aldy nakal dan
nyebelin! Aku pundung” ucap Salsa ketus sambil memukul Aldy tanpa berhenti.
Setelah kejadian itu Salsa sadar
bahwa kebersamaan itu sagat penting. Dan
kehadiran sahabat saat kebersamaan itu pun penting. Karena sahabat adalah
pertemanan dalam hati, dan teman adalah segalanya.
Tamat.
By : Dita Puspitasari
@ditaeyang
No comments:
Post a Comment