Lima Sahabat
“Woy duduk woy!” seru Abi kepada
anak-anak laki-laki yang masih saja asyik bermain kartu uno di depan kelas
ketika melihat Bu Frida−wali kelas−yang sedang berjalan menuju ke kelasnya
sambil menuntun seorang anak perempuan. Tanpa memperdulikan apapun, Abi yang
bertugas sebagai ketua murid dikelasnya itu langsung memerintahkan anak buahnya
untuk duduk tertib. Dengan hitungan detik anak-anak sudah duduk rapih pada
posisinya masing-masing dan setelah itu Bu Frida masuk ke dalam kelas sambil
menyapa anak-anak tercintanya dengan posisi masih menuntuk anak perempuan yang
sama.
“Anak-anak,
selamat pagi!” sapa Bu Frida, “hari ini kalian khususnya kelas ini kedatangan
murid baru dari Bali, ayo Nak perkenalkan dirimu!” ucap Bu Frida kepada murid
baru itu setelah melepaskan tuntunnan tangannya kepada muris baru itu.
“Eheemm,
ehemmm…” ucap murid baru itu untuk membenarkan suaranya yang sedikit serak, “…semuanya,
selamat pagi! Perkenalkan nama saya Ratu Anastasya kalian bisa memanggil saya
dengan sebutan ‘Ratu’, mohon bantuannya dan salam kenal!” ucap Ratu dengan
suara yang lantang tanpa ada sedikit rasa malu dibenaknya. Setelah mengucapkan
itu Ratu membungkukkan sedikit badannya untuk memberikan sedikit salam dan rasa
hormat. Lalu Ratu mulai mengamati keadaan kelas itu, dilihat dari
penglihatannya, nampaknya suasanya kelas ini cukup nyaman. Laki-laki dan
perempuan bersatu dalam satu kelas yang terdiri dari empat kelompok barisan
bangku, setiap bangku diisi oleh dua orang anak dan setiap baris bangku
terdapat lima pasang murid.
“Nak
karena anak-anak Ibu yang perempuan sudah memiliki pasangannya masing-masing,
sekarang kamu duduk di bangku pojok kanan paling depan itu yang dekat meja guru
ya Nak, kamu satu bangku dengan Nurvi, di belakangmu ada Abi dan Alvin.
Silahkan duduk Nak!” ucap Ibu Frida dengan ramah. Lalu Ratu bergegas menuju ke
bangku yang Ibu Frida maksud. Empat puluh lima menit kemudian Bu Frida
mengakhiri jam pertemuannya dengan memberikan tugas untuk mencari daftar
istilah-istilah biologi yang ada pada materi pembelajaran protista. Waktu
istirahat tiba, sebuah grup yang terlihat seperti grup yang memiliki anggota
dari para perempuan tajir dan cantik di kelas itu datang menghampiri Ratu.
“Heh
lo!” sentaknya kepada Ratu sambil memamerkan mata tajamnya yang baru saja ia
beri eye shadow berwarna biru toska
yang terlihat sangat cocok dengan warna kawat gigi, handphone, dan bando yang ia kenakan, “jadi murid baru jangan caper
dong!” lanjutnya dengan ekspresi muka yang semakin menantang.
Baru
pertamakalinya Ratu mendapat perlakuan yang tak nyaman dari seorang perempuan
yang sebaya dengannya. “Mau apa lo bentak-bentak gue sekarang?” balas Ratu
sambil berdiri dan melawan tatapan tajam yang diberikan perempuan sok penting
itu. Melihat kelakuan Ratu yang mulai memanas Nurvi menarik lengan Ratu kebawah
agar Ratu kembali pada posisi duduknya.
Namun lengan Ratu menghelak.
“Lu
tuh emang gakk…” perkataan perempuan itu terhenti ketika ia akan menunjuk muka
Ratu dengan telunjuk kirinya. Tangan kiri perempuan itu terhenti oleh genggaman
tangan seseorang yang membuat aliran darahnya sedikit terhenti.
“Ngapain
lo nunjuk-nunjuk segala? Ada yang sala sama Ratu? Yang ada elu yang salah!
Ngaca dong, lu tuh mau sekolah apa mau konser? Muka dipermak-permak!” ucap Abi
dengan lantang, setelah itu Abi membawa Ratu ke luar kelas. Nurvi dan Alcin
mengikuti kedua temannya itu dari belakang.
Ratu
masih termenung setelah Abi membawanya duduk di
lantai lorong di depan kelasnya. Ternyata apa yang Ratu kira tak benar.
Semua perempuan di kelas ini Entamoeba
sp. yang emang harus dibasmi. Mereka semua merugikan.
“Ra,
kamu ga apa-apa kan?” Tanya Nuvi sambil duduk di samping Ratu yang saat ini
diapit oleh Abi dan Nuvi. Dan Alvin duduk di depan Ratu dan menghadap ke arah
Ratu.
“Engga
ko PI, cumaaaa gue kaget aja. Awal gue liat anak Entamoeba itu gue ngerasain mereka baik-baik, ehhh taunya Entamoeba ya tetep aja Entamoeba beda sama Amoeba-nya!” ucap Ratu ketus karena masih kesal dengan kelakuan
geng perempuan di kelasnya itu yang diketuai oleh Prisillia Anatasya
Juandaningsih. Ratu menyesal karena ia memiliki nama belakang yang sama dengan
anak Entamoeba itu.
“Yaaa
begitulah disini Ra, lo harus kuat aja deh. Mereka tuh kalo di depan guru baik,
jaim dan sopan gitu deh.” Ucap Abi sambil menatap mata Ratu.
“Iy..
iyaaa.. yah Rat lo harus kuuu.. kuuu.. at aja Rat, kalem aja ada hue kok yang
selalu nemenin kamu sampai akhie hayat nanti.” Rayu Avin sambil mengunyah roti
coklatnya yang ia bawa dari rumah.
“Ehhhh
Alvin! Makan aja dulu deh jangan ikut nimbrung dulu! Sini buat gue aja rotinya
kalo lo mau ikutan nimbrung.” Ucap Ratu sambil mengambil roti coklat Alvin yang
tinggal separuh bagian saja. Tanpa ragu Ratu langsung malahap semua roti Alvin
yang baru saja ia curi. Ratu hanya bisa melihat wajah Alvin yang tak rela
ketika roti coklat miliknya dilahap habis oleh Ratu.
“Yahhh
Ratuuuu, gue kan laper!” tembak Alvin marah. Semua tertawa melihat kelakuan
Alvin yang tak rela itu. Alvin lebih terlihat anak kecil yang kehilangan balon
kesayangannya.
“Kalian
tau ga?” Tanya Nurvi menghentikan tawa Ratu dan Abi.
“Engga.”
Jawab Abi dan Ratu singkat begitu pun Alvin, namun Alvin hanya menengokkan
kepalanya ke kiri dan ke kanan secara bergantian berulang kali, bertanda Alvin
tak mengetahui apa-apa.
“Kita
tuh sama Ratu baru ketemu kurang dari hitungan hari, tapi kita udah akrab
banget. Khususnya gue Rat, heheheh.” Ucap Nurvin sedikit malu.
“Hhahahahhaa!
Iya dong, kan kita bekerja cepat.” Ucap Ratu dengan mengawalinya dengan tertawa
keras. Dan Alvin pun sudah tidak memikirkan roti coklatnya yang dicuri Ratu
melainkan tertawa bersama Ratu.
Setahun
sudah berlalu, mereka berempat masih satu kelas. Hanya saja sekarang tak ada
geng Entamoeba yang mengganggu
kenyamanan Ratu dan kawan-kawannya. Karena sejak awal Ratu sudah berteman dengan anak laki-laki, sampai
sekarang Ratu terbiasa lebih akrab dengan anak laki-laki. Menurutnya, anak
laki-laki itu gak pilih-pilih. Mereka semua bersatu dan suka bekerja sama. Gak
ada yang namanya si A raja dan si B budak. Semuanya jadi satu. Itu yang Ratu
suka dari pergaulan anak laki-laki.
“Cieeeee
yang sekarang anak IPA!” canda Alvin kepada Abi dan Ratu yang baru saja datang
bersama di kelas XI IPA 2−kelas baru.
“Lo
sendiri juga anak IPA kok Sob!” ucap Abi sambil memukul pundak temannya itu.
“Iyaaa
lu ahhh nyebelin banget sih pake ngejek-ngejek anak IP…” kalimat Ratu terputus
karena kacamata yang ia kenakan dicuri oleh Alvin dan sekarang jadi Alvin yang
memakai kacamata itu, “woyyy kacamata mahal gue jangan lo bawa balik Mas!” ucap
Rara sambil mencubit lengan jahil Alvin.
“Eh
Rat, gue baru nyadar kalo lo pake kacamata. Suer deh cantik banget! Dan
sekarang lo rambutnya diurai, pipi lo juga makin chabi, dan mata lo tetep bullet kaya bola. Lucuuuuu deh!” puji Abi
sambil menyubit kedua pipi gembil Ratu.
“Nih
ah kacamatanya, puyeng juga ya ternyata Rat.” Ucap Alvin sambil memakaikan Ratu
kacamatanya itu karena Ratu masih sibuk dengan Abi yang terus mencubiti pipi
gembilnya. Lama kelamaan Alvin melerai kedua sahabatnya itu yang sejak tadi tak
ada yang memperdulukannya.
“Sakit
Biww!” keluh Ratu kepada Abi sambil terus mengelus-elus pipi gembilnya yang
berubah warna menjadi merah muda. “Eh tapi selama liburan kenaikan lo jadi
makin tinggi, mekin item, rambutnya tetep rancung, dan waww lo keren pake
kacamata baru yang berbingkai hitam kaya gue! Heheheh, jadi kaya orang pinter
gitu deh!” seru Ratu dengan frontal. “Dan lu Alvin, perut lu makin gendut, pipi
lu makin tembem, tapi lu makin putih yah, dan ga tinggi-tinggi deh lu.
Heheheh!” ucap Ratu mengomentari penampilan Alvin di hari pertama mereka semua
ada di kelas IPA. “Dann satu lagi! Nurvi!” mata Ratu mencari sosok satu
sahabatnya yang sejak tadi tak ia temukan. “Sob. Nurvi kemana?” Tanya Ratu
kepada kedua sahabatnya dengan gelisah.
Mata
Alvin terlihat menerawang sekitar, semua anak-anak terlihat terpusat pada
mereka bertiga. Sepertinya mereka semua belum saling kenal. Dan Alvin tak
melihat sosok Nurvi di kelas. “Gue juga belum liat Nurvi dari tadi pagi Rat.”
Jawab Alvin.
Kringgg… kringg… kringggg bel sekolah
berbunyi tiga kali tak lima kali tanda masuk sekolah untuk memulai KBM tanpa
ada upacara atau apel pagi. Ratu duduk sendiri di bangku depan sudut kiri,
diikuti dua sahabatnya yang duduk di belakangnya. Pak Yana memasuki kelas XI
IPA 2 dengan membawa seorang murid baru perempuan.
“Ya
baik, selamat pagi! Saya Pak Yana wali kelas kalian. Yang di samping Bapak ini
adalah Soraya bisa dipanggil Isor, dia disini menggantikan teman sekelas kita
Nurvi yang sekarang pindah ke Bali. Dan Ratu?” ratu mengalihkan pandangannya
kepada Pak Yana, “Isor akan menjadi teman sebangku kamu, karena Bapak lihat
kamu duduk sendiri saja. Isor silahken menuju tempat duduk itu.” Perintah Pak
Yana yang langsung dituruti oleh Isor.
“Apa?!
Nurvi ke Bali? Dan dia gak ngasih tau gue apa-apa?” ucap Abi dengan berbisik.
Abi telah memastikan Alvin dan Ratu bisa mendengar perkataannya itu dengan
melihat ekspresi wajah Alvin yang sedikit memucat dan kepala Ratu yang
diangguk-anggukkan.
Jam istirahat tiba, ketiga sahabat
itu berkumpul di meja Abi dan Alvin. Ratu hanya tinngal berbalik badan saja,
dan Alvin merapatkan posisi dengan Abi. Mereka mengeluarkan handphone mereka yang sejak tadi mereka
aktifkan profil bungkam. Sementara Isor masih sibuk untuk membereskan
buku-bukunya yang masih berserakan di meja.
Handphone mereka
sudah aktif dan siap untuk mengirimkan beberapa sinyal kepada Nurvi yang saat
ini mungkin sudah ada di Bali. Handphone Ratu berbunyi, dan kemudian disusul
oleh bunyi dari handphone Abi dan
Alvin. Handphone mereka bertiga
dibiarkan terletak di meja. Ketiga handphone
itu sama-sama mendapati pesan singkat dari nomor luar negeri.
“Sama nomernya,” ucap Abi, “hitungan
ketiga kita buka sama-sama dan baca isi dari pesan singkat ini di dalem hati
masing-masing oke? Satu, dua, tiga!” perintah Abi lalu mulai membuka dan
membaca pesan singkat itu, diikuti oleh Alvin dan Ratu.
Abi, Alvin, dan Ratu bagaimana kabar kalian? Ini udah
waktu istirahatkan? Gue ga salah lagi, kalian pasti udah seneng bisa satu kelas
lagi. Coba gue disini? Gue harus adaptasi lagi, susah banget rasanya Sob. Sorry
gue pindah gak pernah bilang-bilang sama kalian. Mulai sekarang gue mau nerusin
sekolah di luar Sob. Gue disini sendiri, Ibu Bapa gue tetep di Indonesia. Gue
udah pikir berlipat-lipat untuk ngelakuin ini. Dan sorry juga gue gak
bilang-bilang sama kalian karena jujur gue gamau nangis-nangisan sama kalian
untuk perpisahan. Karena sungguh, perpisahan itu bukan ajang untuk
nagis-nangisan tapi ajang untuk melatih kedekatan batin kita Sob. Kecup manis
untuk tiga sahabat gue yang lagi ada di Indonesia :* gue sayang kalian. -Nurvi-
Mereka
semua diam. Bisu dan tak berkata apapun. Setetes air mata mengalir dari mata
Ratu, Abi menghapus air mata Ratu itu.
“Kan
Nurvi udah bilang sama kita untuk gak nangis.” Ucap Alvin mengingatkan.
“Ratu,
kalo kata gue sih lo harusnya jangan nangis lo harus ngedukung apa yang terbaik
bagi sahabat lo itu dan jangan lupa buat selalu ngedoain dia biar bisa sukses.”
Ucap Isor dengan dingin yang membuat ketiga sahabat itu berpandang ke arahnya
dan tersenyum.
“Kok
lo bisa tau apa yang sekarang kita hadepin sih Sor?” Tanya Ratu penasaran.
“Maaf
Rat, gue ga sengaja ngeliat pesannya di handphone
lu, soalnya layarnya gede banget jadi mau gimana-gimana juga tetep aja
keliatan.” Jawab Isor dengan polos apa adanya.
“Cieee
ada yang dapet temen baru yang sejenis nih!” celetuk Alvin kepada Ratu, membuat
Ratu sedikit malu.
“Siapa
yang dapet temen baru sejenis Vin?” Tanya Isor kepada Alvin.
“Ya
Ratu lah! Lo tau ga? Sebenernya lo adalah temen cewe pertama bagi Ratu. Lo
harusnya bangga Sorr,” jelas Alvin kepada Isor.
“Jadi
selama ini lo ga punya temen perempuan Rat?” Tanya Isor kepada Ratu.
“Iya
Sor, yaaa tapi selama gue SMA aja yah. Dari kelas sepuluh gue temenannya sama
laki-laki terus Sor, dan lo adalah temen pertama gue yang sejenis.” Papar Ratu
kepada Isor yang masih terlihat tidak percaya.
“Kalo
gitu mau gak kalo sekarang gue ajak lo biar bisa dapet lebih banya teman
perempuan?” Tanya Isor dengan penuh semangat. Mendengar itu semua Ratu menjadi
semangat dan sangat berterimakasih kepada Isor teman sebangkunya.
Satu
semester sudah dilalui, Abi rasa Ratu sudah bisa bersosialisasi dengan
teman-teman perempuan di kelasnya itu. Abi sering melihat Ratu dan teman-teman
sejenisnya berbincang-bincang tentang film Korea bahkan sampai mereka menonton
film itu di sekolah. Abi dan sahabatnya Alvin sangat bahagia melihat Ratu yang
semakin pandai bersosialisasi dan melupakan masa lalunya. Khususnya melupakan
kedua sahabatnya yang duduk di belakang Ratu saat ini. Santapan sehari-hari
Ratu adalah film Korea. Ratu dan Isor terlihat seperti anak autis ketika mereka
menonton film Korea. Rambut Ratu dan Isor yang selalu terurai direlakan terikat
kuat oleh karet gelang ketika menonton film Korea.
Ikatan
Ratu dan dua sahabatnya mulai merenggang. Sampai hari kenaikan kelas pun mereka
hanya mengucapkan selamat dan tak ada lagi pembicaraan yang bisa mereka
sampaikan. Ratu tak bisa begini terus, bagaimana pun keadaannya mereka berdua
adalah sahabat Ratu yang paling berharga dan bagaimana reaksi Nurvi yang sedang
berada di benua lain jika mengetahui hal ini? Seusai pembagian rapor Ratu
menghampiri kedua sahabatnya yang sedang menyantap roti coklat milik Alvin di
salah satu meja makan kantin.
“Hei
kalian? Udah lama yah kita ga pernah ngumpul bareng lagi?” Tanya Ratu. Abi dan
Alvin hanya bisa bengong melihat kelangkaan yang mereka lihat saat ini. Mereka
berdua pergi sambil masih menguyah roti coklat milik Alvin, dan meninggalkan
Ratu.
***
“Gue
salah apa sama kalian? Apa selama ini gue autis sama dunia gue dan ngelupain
kalian? Maaf banget kawann, sumpah gue masih sayang sama kalian.” Ucap Ratu di
dalam kamarnya yang tampak berantakan tak seperti biasanya. Sebelumnya Ratu
pernah mendapatkan sebuah pesan singkat dari Abi yang menjelaskan bahwa Ratu
sudah berbeda dan Ratu sudah memiliki dunianya sendiri. Ratu mengeluarkan buku
paket Biologinya dan berusaha untuk mengernyakan pekerjaan rumah yang diberikan
oleh Pak Yana. Selembar kertas buram menyelim diantara halaman-halaman yang
terdapad pada buku paket Biologi milik Ratu. Ada sebuah rangkaian kata-kata
yang ditulis dengan tulisan tangan yang sangat Ratu kenal.
Ratu inget terus ke Abi dan Alvin
Persahabatan bagai kepompong
Ratu
tersenyum melihat dua tanda tangan yang sangat ia kenali. Tanpa basa basi lagi
Ratu mengambil handphone-nya dan
mengirimkan sebuah pesan singkat kepada kedua sahabatnya itu.
Sorry ya selama ini gue udah khilaf, kalian itu
bener-bener sahabat gue yang nerima gue apa adanya. Makasih untuk semuanya dan
maafin gue ya. Kecup sayang dan selamat tidur untuk dua sahabatku tercinta.
Ratu.
“Ratuuuuuuu!”
teriak dua orang sahabatnya yang menyambut dirinya ketika Ratu masuk ke kelas
dengan mata yang sedikit sembab. Ratu memeluk kedua orang itu. Begitu pun dua
orang itu yang memeluk sahabat tercantik mereka dengan erat.
“Gue,
kanggeeeeennn ngen ngen ngen banget sama kalian berdua!” ucap Ratu sambil terus
memeluk kedua sahabatnya itu.
***
Ketiga
sahabat itu telah menempuh Ujian Nasional. Begitu pun Isor teman sebangku Ratu.
Tak disangka-sangka Ratu mendapatkan nilai Ujian Nasional tertinggi di
sekolahnya. Total nilai yang Ratu dapat adalah 58,90. Hampir mendekati
sempurna. Karena prestasinya itu, Ratu diminta kepala sekolah untuk
menyampaikan sebuah pesan dan kesan di acara pelepasan kelas dua belas di
sekolahnya.
Abi
mengenakan kemeja berwarna biru langit dibalut dengan jas hitam dan
kebawahannya serasi dengan celana hitam. Alvin juga demikian sama dengan Abi.
Alvin kini memakai kacamata berbingkai hitam. Meskipun berbeda model, mereka
bertiga sama-sama mengenakan kacamata berbingkai hitam. Ratu tampak alami
dengan dress batik yang bentuk roknya menggembung seperti balon. Potongan
lengannya pun menggembung. Datambah dengan sepatu hak tinggi berwarna hitam
pekat bergiaskan bunga kecil ditengahnya. Ratu naik keatas panggung dengan
disambut tepuk tangan yang meriah dari pada hadirin khususnya para sahabatnya
dan Isor.
“…
selain dukungan dari orang tua saya, saya juga mendapat dukungan penuh dari
para guru dan sahabat saya. Terimakasih kepada Bu Frida dan Pak Yana guru
pembimbing mata pelajaran biologi yang selalu mengajari saya tentang kehidupan,
terimakasih kepada Bu Cicih guru matematik saya yang mengajari saya untuk
memperhitungkan segala sesuatu, dan terimakasih kepada guru bahasa saya kerena
telah mengajarkan saya untuk mengolah, memilih, dan memilah kata dengan baik
dehingga saya bisa tampil di depan teman-teman saya. Lalu untuk sahabet saya,
terimakasih sekali. Persahabatan bagai kepompong. Mengubah ulat menjadi
kupu-kupu. Persahabatan bisa mengubah saya yang tadinya adalah ulat yang
dipandang menjijikan dan rendah bagi sebagian orang menjadi seperti kupu-kupu
yang kedudukannya ada diatas ulat. Tapi bagaimanapun caranya saya tak akan
pernah melupakan saat dimana saya menjadi ulat. Terimakasih sekali untuk Abi,
Isor, Alvin…” mata Ratu memandang ketiga sahabatnya itu, “… dan terimakasih
untuk sahabat saya yang sekarang berada jauh dari saya, berada di benua yang
berbeda dengan saya, terpisah dengan lautan Pasifik yang sangat luas. Dia
adalah Nurvi…” seseorang naik ke atas panggung dan memeluk tubuh Ratu sangat
erat, orang itu tinggi sehingga Ratu tak bisa langsung melihat wajahnya,
terdengar suara isakan tangis Ratu dari mike
yang posisinya masih dekat dengan mulutnya.
“Gue
disini.” Ucap orang itu dan melepaskan Ratu dari pelukannya. Seluruh hadirin di
acara itu berteriak kagum dan bertepung tangan sambil berdiri. Orang itu mulai
menyadari Ratu berusaha mengenali siapa dirinya. Orang itu dan Ratu kini saling
bertatapan.
“Nurvi?
Today is my unforgettable experience with you!” ucap Ratu yang masih bisa
didengar oleh pada hadirin berkat mike
yang saat ini masih Ratu dekatkan dengan mulutnya. Ratu kembali memeluk sahabat
lamanya itu.
***
“Rencana
kita berhasil mennn!” ucap Abi kepada Alvin dan Nurvi di depan Ratu dengan
bangga di back stage.
“Jadi
kelian berdua tau kalo Nurvi bakal ke Indonesia? Licik banget sih!” ucap Ratu
ketus karena masih jengkel dengan jebakan yang dibuat oleh ketiga sahabatnya.
“Jangan
ngambek terus dong Rat!” pinta Nurvi sambil menatap Ratu, dan Ratu pun ikut
menatap Nurvi.
“Ehhhh,
tunggu-tunggu sekarang kita berempat jadi pake kacamata semua ya. Dan kamu
Nurvi, lo jadi makin tinggi dan putih dan laki banget deh gaya lo sekarang.”
ucap Ratu sambil terus memperhatikan sahabat lamanya itu.
“Ratu?”
dua orang wanita bergaya trendi dan modern datang dan menyapa Ratu.
“Iya
ada apa?” Tanya Ratu dengan rasa heran diikuti ketiga sahabatnya.
“Maafin
kita yah, dulu kita udah ngerendahin lo. Maaf banget Rat, gue nyesel. Ternyata
omongan gue itu kosong Rat, ga bisa dibuktiin.” Ucap salah satu dari kedua
wanita itu.
“Ohhh
lu Entamoeba sp. kan?” Tanya Ratu
dengan spontan, “ehh sorry kelepasan, sebelum kalian minta maaf juga udah gue
maafin kok.” Ucap Ratu. Setelah itu, Ratu dan kedua wanita itu berjabat tangan.
Dan
akhirnya Ratu dan ketiga sahabat laki-lakinya pergi ke sebuah tempat rekreasi
di kota Bandung, tak lupa dengan teman pertama yang sejenis bagi Ratu, yaitu
Isor. Dan mereka sekarang menjadi lima orang sahabat yang selalu berusaha
menjadi kupu-kupu tanpa melupakan dimana mereka pernah menjadi seekor ulat.
TAMAT.
No comments:
Post a Comment