Friday, May 3, 2013

LIMA SAHABAT - Cerpen



Lima Sahabat
“Woy duduk woy!” seru Abi kepada anak-anak laki-laki yang masih saja asyik bermain kartu uno di depan kelas ketika melihat Bu Frida−wali kelas−yang sedang berjalan menuju ke kelasnya sambil menuntun seorang anak perempuan. Tanpa memperdulikan apapun, Abi yang bertugas sebagai ketua murid dikelasnya itu langsung memerintahkan anak buahnya untuk duduk tertib. Dengan hitungan detik anak-anak sudah duduk rapih pada posisinya masing-masing dan setelah itu Bu Frida masuk ke dalam kelas sambil menyapa anak-anak tercintanya dengan posisi masih menuntuk anak perempuan yang sama.
            “Anak-anak, selamat pagi!” sapa Bu Frida, “hari ini kalian khususnya kelas ini kedatangan murid baru dari Bali, ayo Nak perkenalkan dirimu!” ucap Bu Frida kepada murid baru itu setelah melepaskan tuntunnan tangannya kepada muris baru itu.
            “Eheemm, ehemmm…” ucap murid baru itu untuk membenarkan suaranya yang sedikit serak, “…semuanya, selamat pagi! Perkenalkan nama saya Ratu Anastasya kalian bisa memanggil saya dengan sebutan ‘Ratu’, mohon bantuannya dan salam kenal!” ucap Ratu dengan suara yang lantang tanpa ada sedikit rasa malu dibenaknya. Setelah mengucapkan itu Ratu membungkukkan sedikit badannya untuk memberikan sedikit salam dan rasa hormat. Lalu Ratu mulai mengamati keadaan kelas itu, dilihat dari penglihatannya, nampaknya suasanya kelas ini cukup nyaman. Laki-laki dan perempuan bersatu dalam satu kelas yang terdiri dari empat kelompok barisan bangku, setiap bangku diisi oleh dua orang anak dan setiap baris bangku terdapat lima pasang murid.
            “Nak karena anak-anak Ibu yang perempuan sudah memiliki pasangannya masing-masing, sekarang kamu duduk di bangku pojok kanan paling depan itu yang dekat meja guru ya Nak, kamu satu bangku dengan Nurvi, di belakangmu ada Abi dan Alvin. Silahkan duduk Nak!” ucap Ibu Frida dengan ramah. Lalu Ratu bergegas menuju ke bangku yang Ibu Frida maksud. Empat puluh lima menit kemudian Bu Frida mengakhiri jam pertemuannya dengan memberikan tugas untuk mencari daftar istilah-istilah biologi yang ada pada materi pembelajaran protista. Waktu istirahat tiba, sebuah grup yang terlihat seperti grup yang memiliki anggota dari para perempuan tajir dan cantik di kelas itu datang menghampiri Ratu.
            “Heh lo!” sentaknya kepada Ratu sambil memamerkan mata tajamnya yang baru saja ia beri eye shadow berwarna biru toska yang terlihat sangat cocok dengan warna kawat gigi, handphone, dan bando yang ia kenakan, “jadi murid baru jangan caper dong!” lanjutnya dengan ekspresi muka yang semakin menantang.
            Baru pertamakalinya Ratu mendapat perlakuan yang tak nyaman dari seorang perempuan yang sebaya dengannya. “Mau apa lo bentak-bentak gue sekarang?” balas Ratu sambil berdiri dan melawan tatapan tajam yang diberikan perempuan sok penting itu. Melihat kelakuan Ratu yang mulai memanas Nurvi menarik lengan Ratu kebawah agar Ratu kembali  pada posisi duduknya. Namun lengan Ratu menghelak.
            “Lu tuh emang gakk…” perkataan perempuan itu terhenti ketika ia akan menunjuk muka Ratu dengan telunjuk kirinya. Tangan kiri perempuan itu terhenti oleh genggaman tangan seseorang yang membuat aliran darahnya sedikit terhenti.
            “Ngapain lo nunjuk-nunjuk segala? Ada yang sala sama Ratu? Yang ada elu yang salah! Ngaca dong, lu tuh mau sekolah apa mau konser? Muka dipermak-permak!” ucap Abi dengan lantang, setelah itu Abi membawa Ratu ke luar kelas. Nurvi dan Alcin mengikuti kedua temannya itu dari belakang.
            Ratu masih termenung setelah Abi membawanya duduk di  lantai lorong di depan kelasnya. Ternyata apa yang Ratu kira tak benar. Semua perempuan di kelas ini Entamoeba sp. yang emang harus dibasmi. Mereka semua merugikan.
            “Ra, kamu ga apa-apa kan?” Tanya Nuvi sambil duduk di samping Ratu yang saat ini diapit oleh Abi dan Nuvi. Dan Alvin duduk di depan Ratu dan menghadap ke arah Ratu.
            “Engga ko PI, cumaaaa gue kaget aja. Awal gue liat anak Entamoeba itu gue ngerasain mereka baik-baik, ehhh taunya Entamoeba ya tetep aja Entamoeba beda sama Amoeba-nya!” ucap Ratu ketus karena masih kesal dengan kelakuan geng perempuan di kelasnya itu yang diketuai oleh Prisillia Anatasya Juandaningsih. Ratu menyesal karena ia memiliki nama belakang yang sama dengan anak Entamoeba itu.
            “Yaaa begitulah disini Ra, lo harus kuat aja deh. Mereka tuh kalo di depan guru baik, jaim dan sopan gitu deh.” Ucap Abi sambil menatap mata Ratu.
            “Iy.. iyaaa.. yah Rat lo harus kuuu.. kuuu.. at aja Rat, kalem aja ada hue kok yang selalu nemenin kamu sampai akhie hayat nanti.” Rayu Avin sambil mengunyah roti coklatnya yang ia bawa dari rumah.
            “Ehhhh Alvin! Makan aja dulu deh jangan ikut nimbrung dulu! Sini buat gue aja rotinya kalo lo mau ikutan nimbrung.” Ucap Ratu sambil mengambil roti coklat Alvin yang tinggal separuh bagian saja. Tanpa ragu Ratu langsung malahap semua roti Alvin yang baru saja ia curi. Ratu hanya bisa melihat wajah Alvin yang tak rela ketika roti coklat miliknya dilahap habis oleh Ratu.
            “Yahhh Ratuuuu, gue kan laper!” tembak Alvin marah. Semua tertawa melihat kelakuan Alvin yang tak rela itu. Alvin lebih terlihat anak kecil yang kehilangan balon kesayangannya.
            “Kalian tau ga?” Tanya Nurvi menghentikan tawa Ratu dan Abi.
            “Engga.” Jawab Abi dan Ratu singkat begitu pun Alvin, namun Alvin hanya menengokkan kepalanya ke kiri dan ke kanan secara bergantian berulang kali, bertanda Alvin tak mengetahui apa-apa.
            “Kita tuh sama Ratu baru ketemu kurang dari hitungan hari, tapi kita udah akrab banget. Khususnya gue Rat, heheheh.” Ucap Nurvin sedikit malu.
            “Hhahahahhaa! Iya dong, kan kita bekerja cepat.” Ucap Ratu dengan mengawalinya dengan tertawa keras. Dan Alvin pun sudah tidak memikirkan roti coklatnya yang dicuri Ratu melainkan tertawa bersama Ratu.
            Setahun sudah berlalu, mereka berempat masih satu kelas. Hanya saja sekarang tak ada geng Entamoeba yang mengganggu kenyamanan Ratu dan kawan-kawannya. Karena sejak awal Ratu  sudah berteman dengan anak laki-laki, sampai sekarang Ratu terbiasa lebih akrab dengan anak laki-laki. Menurutnya, anak laki-laki itu gak pilih-pilih. Mereka semua bersatu dan suka bekerja sama. Gak ada yang namanya si A raja dan si B budak. Semuanya jadi satu. Itu yang Ratu suka dari pergaulan anak laki-laki.
            “Cieeeee yang sekarang anak IPA!” canda Alvin kepada Abi dan Ratu yang baru saja datang bersama di kelas XI IPA 2−kelas baru.
            “Lo sendiri juga anak IPA kok Sob!” ucap Abi sambil memukul pundak temannya itu.
            “Iyaaa lu ahhh nyebelin banget sih pake ngejek-ngejek anak IP…” kalimat Ratu terputus karena kacamata yang ia kenakan dicuri oleh Alvin dan sekarang jadi Alvin yang memakai kacamata itu, “woyyy kacamata mahal gue jangan lo bawa balik Mas!” ucap Rara sambil mencubit lengan jahil Alvin.
            “Eh Rat, gue baru nyadar kalo lo pake kacamata. Suer deh cantik banget! Dan sekarang lo rambutnya diurai, pipi lo juga makin chabi, dan mata lo tetep bullet kaya bola. Lucuuuuu deh!” puji Abi sambil menyubit kedua pipi gembil Ratu.
            “Nih ah kacamatanya, puyeng juga ya ternyata Rat.” Ucap Alvin sambil memakaikan Ratu kacamatanya itu karena Ratu masih sibuk dengan Abi yang terus mencubiti pipi gembilnya. Lama kelamaan Alvin melerai kedua sahabatnya itu yang sejak tadi tak ada yang memperdulukannya.
            “Sakit Biww!” keluh Ratu kepada Abi sambil terus mengelus-elus pipi gembilnya yang berubah warna menjadi merah muda. “Eh tapi selama liburan kenaikan lo jadi makin tinggi, mekin item, rambutnya tetep rancung, dan waww lo keren pake kacamata baru yang berbingkai hitam kaya gue! Heheheh, jadi kaya orang pinter gitu deh!” seru Ratu dengan frontal. “Dan lu Alvin, perut lu makin gendut, pipi lu makin tembem, tapi lu makin putih yah, dan ga tinggi-tinggi deh lu. Heheheh!” ucap Ratu mengomentari penampilan Alvin di hari pertama mereka semua ada di kelas IPA. “Dann satu lagi! Nurvi!” mata Ratu mencari sosok satu sahabatnya yang sejak tadi tak ia temukan. “Sob. Nurvi kemana?” Tanya Ratu kepada kedua sahabatnya dengan gelisah.
            Mata Alvin terlihat menerawang sekitar, semua anak-anak terlihat terpusat pada mereka bertiga. Sepertinya mereka semua belum saling kenal. Dan Alvin tak melihat sosok Nurvi di kelas. “Gue juga belum liat Nurvi dari tadi pagi Rat.” Jawab Alvin.
            Kringgg… kringg… kringggg bel sekolah berbunyi tiga kali tak lima kali tanda masuk sekolah untuk memulai KBM tanpa ada upacara atau apel pagi. Ratu duduk sendiri di bangku depan sudut kiri, diikuti dua sahabatnya yang duduk di belakangnya. Pak Yana memasuki kelas XI IPA 2 dengan membawa seorang murid baru perempuan.
            “Ya baik, selamat pagi! Saya Pak Yana wali kelas kalian. Yang di samping Bapak ini adalah Soraya bisa dipanggil Isor, dia disini menggantikan teman sekelas kita Nurvi yang sekarang pindah ke Bali. Dan Ratu?” ratu mengalihkan pandangannya kepada Pak Yana, “Isor akan menjadi teman sebangku kamu, karena Bapak lihat kamu duduk sendiri saja. Isor silahken menuju tempat duduk itu.” Perintah Pak Yana yang langsung dituruti oleh Isor.
            “Apa?! Nurvi ke Bali? Dan dia gak ngasih tau gue apa-apa?” ucap Abi dengan berbisik. Abi telah memastikan Alvin dan Ratu bisa mendengar perkataannya itu dengan melihat ekspresi wajah Alvin yang sedikit memucat dan kepala Ratu yang diangguk-anggukkan.
Jam istirahat tiba, ketiga sahabat itu berkumpul di meja Abi dan Alvin. Ratu hanya tinngal berbalik badan saja, dan Alvin merapatkan posisi dengan Abi. Mereka mengeluarkan handphone mereka yang sejak tadi mereka aktifkan profil bungkam. Sementara Isor masih sibuk untuk membereskan buku-bukunya yang masih berserakan di meja.
Handphone mereka sudah aktif dan siap untuk mengirimkan beberapa sinyal kepada Nurvi yang saat ini mungkin sudah ada di Bali. Handphone Ratu berbunyi, dan kemudian disusul oleh bunyi dari handphone Abi dan Alvin. Handphone mereka bertiga dibiarkan terletak di meja. Ketiga handphone itu sama-sama mendapati pesan singkat dari nomor luar negeri.
“Sama nomernya,” ucap Abi, “hitungan ketiga kita buka sama-sama dan baca isi dari pesan singkat ini di dalem hati masing-masing oke? Satu, dua, tiga!” perintah Abi lalu mulai membuka dan membaca pesan singkat itu, diikuti oleh Alvin dan Ratu.
Abi, Alvin, dan Ratu bagaimana kabar kalian? Ini udah waktu istirahatkan? Gue ga salah lagi, kalian pasti udah seneng bisa satu kelas lagi. Coba gue disini? Gue harus adaptasi lagi, susah banget rasanya Sob. Sorry gue pindah gak pernah bilang-bilang sama kalian. Mulai sekarang gue mau nerusin sekolah di luar Sob. Gue disini sendiri, Ibu Bapa gue tetep di Indonesia. Gue udah pikir berlipat-lipat untuk ngelakuin ini. Dan sorry juga gue gak bilang-bilang sama kalian karena jujur gue gamau nangis-nangisan sama kalian untuk perpisahan. Karena sungguh, perpisahan itu bukan ajang untuk nagis-nangisan tapi ajang untuk melatih kedekatan batin kita Sob. Kecup manis untuk tiga sahabat gue yang lagi ada di Indonesia :* gue sayang kalian. -Nurvi-

            Mereka semua diam. Bisu dan tak berkata apapun. Setetes air mata mengalir dari mata Ratu, Abi menghapus air mata Ratu itu.
            “Kan Nurvi udah bilang sama kita untuk gak nangis.” Ucap Alvin mengingatkan.
            “Ratu, kalo kata gue sih lo harusnya jangan nangis lo harus ngedukung apa yang terbaik bagi sahabat lo itu dan jangan lupa buat selalu ngedoain dia biar bisa sukses.” Ucap Isor dengan dingin yang membuat ketiga sahabat itu berpandang ke arahnya dan tersenyum.
            “Kok lo bisa tau apa yang sekarang kita hadepin sih Sor?” Tanya Ratu penasaran.
            “Maaf Rat, gue ga sengaja ngeliat pesannya di handphone lu, soalnya layarnya gede banget jadi mau gimana-gimana juga tetep aja keliatan.” Jawab Isor dengan polos apa adanya.
            “Cieee ada yang dapet temen baru yang sejenis nih!” celetuk Alvin kepada Ratu, membuat Ratu sedikit malu.
            “Siapa yang dapet temen baru sejenis Vin?” Tanya Isor kepada Alvin.
            “Ya Ratu lah! Lo tau ga? Sebenernya lo adalah temen cewe pertama bagi Ratu. Lo harusnya bangga Sorr,” jelas Alvin kepada Isor.
            “Jadi selama ini lo ga punya temen perempuan Rat?” Tanya Isor kepada Ratu.
            “Iya Sor, yaaa tapi selama gue SMA aja yah. Dari kelas sepuluh gue temenannya sama laki-laki terus Sor, dan lo adalah temen pertama gue yang sejenis.” Papar Ratu kepada Isor yang masih terlihat tidak percaya.
            “Kalo gitu mau gak kalo sekarang gue ajak lo biar bisa dapet lebih banya teman perempuan?” Tanya Isor dengan penuh semangat. Mendengar itu semua Ratu menjadi semangat dan sangat berterimakasih kepada Isor teman sebangkunya.
            Satu semester sudah dilalui, Abi rasa Ratu sudah bisa bersosialisasi dengan teman-teman perempuan di kelasnya itu. Abi sering melihat Ratu dan teman-teman sejenisnya berbincang-bincang tentang film Korea bahkan sampai mereka menonton film itu di sekolah. Abi dan sahabatnya Alvin sangat bahagia melihat Ratu yang semakin pandai bersosialisasi dan melupakan masa lalunya. Khususnya melupakan kedua sahabatnya yang duduk di belakang Ratu saat ini. Santapan sehari-hari Ratu adalah film Korea. Ratu dan Isor terlihat seperti anak autis ketika mereka menonton film Korea. Rambut Ratu dan Isor yang selalu terurai direlakan terikat kuat oleh karet gelang ketika menonton film Korea.
            Ikatan Ratu dan dua sahabatnya mulai merenggang. Sampai hari kenaikan kelas pun mereka hanya mengucapkan selamat dan tak ada lagi pembicaraan yang bisa mereka sampaikan. Ratu tak bisa begini terus, bagaimana pun keadaannya mereka berdua adalah sahabat Ratu yang paling berharga dan bagaimana reaksi Nurvi yang sedang berada di benua lain jika mengetahui hal ini? Seusai pembagian rapor Ratu menghampiri kedua sahabatnya yang sedang menyantap roti coklat milik Alvin di salah satu meja makan kantin.
            “Hei kalian? Udah lama yah kita ga pernah ngumpul bareng lagi?” Tanya Ratu. Abi dan Alvin hanya bisa bengong melihat kelangkaan yang mereka lihat saat ini. Mereka berdua pergi sambil masih menguyah roti coklat milik Alvin, dan meninggalkan Ratu.
***
            “Gue salah apa sama kalian? Apa selama ini gue autis sama dunia gue dan ngelupain kalian? Maaf banget kawann, sumpah gue masih sayang sama kalian.” Ucap Ratu di dalam kamarnya yang tampak berantakan tak seperti biasanya. Sebelumnya Ratu pernah mendapatkan sebuah pesan singkat dari Abi yang menjelaskan bahwa Ratu sudah berbeda dan Ratu sudah memiliki dunianya sendiri. Ratu mengeluarkan buku paket Biologinya dan berusaha untuk mengernyakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh Pak Yana. Selembar kertas buram menyelim diantara halaman-halaman yang terdapad pada buku paket Biologi milik Ratu. Ada sebuah rangkaian kata-kata yang ditulis dengan tulisan tangan yang sangat Ratu kenal.
Ratu inget terus ke Abi dan Alvin
Persahabatan bagai kepompong

            Ratu tersenyum melihat dua tanda tangan yang sangat ia kenali. Tanpa basa basi lagi Ratu mengambil handphone-nya dan mengirimkan sebuah pesan singkat kepada kedua sahabatnya itu.
Sorry ya selama ini gue udah khilaf, kalian itu bener-bener sahabat gue yang nerima gue apa adanya. Makasih untuk semuanya dan maafin gue ya. Kecup sayang dan selamat tidur untuk dua sahabatku tercinta. Ratu.

            “Ratuuuuuuu!” teriak dua orang sahabatnya yang menyambut dirinya ketika Ratu masuk ke kelas dengan mata yang sedikit sembab. Ratu memeluk kedua orang itu. Begitu pun dua orang itu yang memeluk sahabat tercantik mereka dengan erat.
            “Gue, kanggeeeeennn ngen ngen ngen banget sama kalian berdua!” ucap Ratu sambil terus memeluk kedua sahabatnya itu.
***
            Ketiga sahabat itu telah menempuh Ujian Nasional. Begitu pun Isor teman sebangku Ratu. Tak disangka-sangka Ratu mendapatkan nilai Ujian Nasional tertinggi di sekolahnya. Total nilai yang Ratu dapat adalah 58,90. Hampir mendekati sempurna. Karena prestasinya itu, Ratu diminta kepala sekolah untuk menyampaikan sebuah pesan dan kesan di acara pelepasan kelas dua belas di sekolahnya.
            Abi mengenakan kemeja berwarna biru langit dibalut dengan jas hitam dan kebawahannya serasi dengan celana hitam. Alvin juga demikian sama dengan Abi. Alvin kini memakai kacamata berbingkai hitam. Meskipun berbeda model, mereka bertiga sama-sama mengenakan kacamata berbingkai hitam. Ratu tampak alami dengan dress batik yang bentuk roknya menggembung seperti balon. Potongan lengannya pun menggembung. Datambah dengan sepatu hak tinggi berwarna hitam pekat bergiaskan bunga kecil ditengahnya. Ratu naik keatas panggung dengan disambut tepuk tangan yang meriah dari pada hadirin khususnya para sahabatnya dan Isor.
            “… selain dukungan dari orang tua saya, saya juga mendapat dukungan penuh dari para guru dan sahabat saya. Terimakasih kepada Bu Frida dan Pak Yana guru pembimbing mata pelajaran biologi yang selalu mengajari saya tentang kehidupan, terimakasih kepada Bu Cicih guru matematik saya yang mengajari saya untuk memperhitungkan segala sesuatu, dan terimakasih kepada guru bahasa saya kerena telah mengajarkan saya untuk mengolah, memilih, dan memilah kata dengan baik dehingga saya bisa tampil di depan teman-teman saya. Lalu untuk sahabet saya, terimakasih sekali. Persahabatan bagai kepompong. Mengubah ulat menjadi kupu-kupu. Persahabatan bisa mengubah saya yang tadinya adalah ulat yang dipandang menjijikan dan rendah bagi sebagian orang menjadi seperti kupu-kupu yang kedudukannya ada diatas ulat. Tapi bagaimanapun caranya saya tak akan pernah melupakan saat dimana saya menjadi ulat. Terimakasih sekali untuk Abi, Isor, Alvin…” mata Ratu memandang ketiga sahabatnya itu, “… dan terimakasih untuk sahabat saya yang sekarang berada jauh dari saya, berada di benua yang berbeda dengan saya, terpisah dengan lautan Pasifik yang sangat luas. Dia adalah Nurvi…” seseorang naik ke atas panggung dan memeluk tubuh Ratu sangat erat, orang itu tinggi sehingga Ratu tak bisa langsung melihat wajahnya, terdengar suara isakan tangis Ratu dari mike yang posisinya masih dekat dengan mulutnya.
            “Gue disini.” Ucap orang itu dan melepaskan Ratu dari pelukannya. Seluruh hadirin di acara itu berteriak kagum dan bertepung tangan sambil berdiri. Orang itu mulai menyadari Ratu berusaha mengenali siapa dirinya. Orang itu dan Ratu kini saling bertatapan.
            “Nurvi? Today is my unforgettable experience with you!” ucap Ratu yang masih bisa didengar oleh pada hadirin berkat mike yang saat ini masih Ratu dekatkan dengan mulutnya. Ratu kembali memeluk sahabat lamanya itu.
***
            “Rencana kita berhasil mennn!” ucap Abi kepada Alvin dan Nurvi di depan Ratu dengan bangga di back stage.
            “Jadi kelian berdua tau kalo Nurvi bakal ke Indonesia? Licik banget sih!” ucap Ratu ketus karena masih jengkel dengan jebakan yang dibuat oleh ketiga sahabatnya.
            “Jangan ngambek terus dong Rat!” pinta Nurvi sambil menatap Ratu, dan Ratu pun ikut menatap Nurvi.
            “Ehhhh, tunggu-tunggu sekarang kita berempat jadi pake kacamata semua ya. Dan kamu Nurvi, lo jadi makin tinggi dan putih dan laki banget deh gaya lo sekarang.” ucap Ratu sambil terus memperhatikan sahabat lamanya itu.
            “Ratu?” dua orang wanita bergaya trendi dan modern datang dan menyapa Ratu.
            “Iya ada apa?” Tanya Ratu dengan rasa heran diikuti ketiga sahabatnya.
            “Maafin kita yah, dulu kita udah ngerendahin lo. Maaf banget Rat, gue nyesel. Ternyata omongan gue itu kosong Rat, ga bisa dibuktiin.” Ucap salah satu dari kedua wanita itu.
            “Ohhh lu Entamoeba sp. kan?” Tanya Ratu dengan spontan, “ehh sorry kelepasan, sebelum kalian minta maaf juga udah gue maafin kok.” Ucap Ratu. Setelah itu, Ratu dan kedua wanita itu berjabat tangan.
            Dan akhirnya Ratu dan ketiga sahabat laki-lakinya pergi ke sebuah tempat rekreasi di kota Bandung, tak lupa dengan teman pertama yang sejenis bagi Ratu, yaitu Isor. Dan mereka sekarang menjadi lima orang sahabat yang selalu berusaha menjadi kupu-kupu tanpa melupakan dimana mereka pernah menjadi seekor ulat.
TAMAT.

No comments:

Post a Comment