Saturday, January 25, 2014

Koleksi Foto






Coming back



Hi blog!
Hai Ibnuuuuuu. Kamu balik lagi ya? Alhamdulillah. Dita seneng banget Nu. Hahaha.
Bandung, 13 Januari 2014.
Pagi itu. Cuaca mendung. Hujan gerimis. Suasana kelas masih sepi. Dita sendiri agak gak enak badan. Tiba-tiba, dari pintu Adinda dan Garin teriak, “Dita ada Ibnu!!!!”. Sontak Dita gak percaya. Dita cepet-cepet keluar kelas. Dita mencari. Akhirnya bener. Dita bisa ngeliat Ibnu lagi. Rambut dia rapih, tetap dengan kacamata bulatnya, tetap dengan jam hitam corak hijaw swatchnya, tetap dengan tas pertaminanya, dan tetap dengan sepatu converse slimnya. Dita lari. Teriak nama Ibnu sebisa mungkin. Akhirnya dia tau siapa yang manggil. Sumpah, gue kangen lo Nu. Due gabruk salah satu anak manusia itu. Huwawwwwwww, gak percaya banget. Hahaha. Ahlahdulillah. Akhirnya kita bisa berkumpul kembali. Hari itu terasa indah. Pulang sekolah Dita mampir ke sekre OSIS, dan disana ada Ibnu hahaha. Akhirnya kita mengobrol panjaaaaaaang lebar. Hhhhhhh, kangen banget sama suasana kaya gitu.
Jangan pergi lagi ya. Kalian berarti banget. Satu yang Dita pegang di hidup ini. Teman itu segalanya. Tgeman itu berharga banget. Serius deh. Lo bakal dapet suasana hangat saat lo ngerasa nyaman sama temen lo sendiri. Temen itu segalanya. Dita cinta kalian, cinta banget.

12 Desember 2013



12 Desember 2013.
Akhirnya Ibnu pidah. Gue telat yah postingnya. Haha. Biarlah. Tapi, hari itu. Ibnu bener-bener pindah ke Malaysia. Sebelumnya, Ibnu udah ngingetin gue bahwa minggu ini dia bakal pindah. Kamu tau apa yang terjadi di hari itu? Gue nangis, temen-temen yang lain nangis. Arief udah ngingetin gue, supaya gue  gak nangis depan Ibnu. Tapi ya gimana lagi, gue ga bisa. Ibnu pun nangis. Ibnu duduk di tembok pembatas kolam. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Kaca matanya ia taruh di atas kepala. Matanya sembab. Hhhhh, berat banget. Nu, kapan lagi kita bakal ketemu? Kangen ~
Yang gue kesel, kenapa saat Ibnu pamitan dari sekolah, Allen belum dateng. Hhhhhh, kapan lagi kita bisa ngumpul bareng coba? Kappa kita bisa debat bareng? Kapan kita bisa memikirkan hal yang bodoh di dunia bareng lagi? Kapan lagi kamu Nu minta Dita tulisin tugas-tugas?
Sebelum tanggal 12, Dita seneng banget bisa makan bareng Ibnu di kantin. Sederhana sih, tapi nyaman aja. Hujan, dingin, mie kuah pedes, enak deh. Hhhhhhhh, makasih ya Ibnu. Kamu itu aduh sahabat banget deh. Jaga jerapah ijonya yaa. Kamu kan Mr Green. Hahaha. Kapan-kapan kalo kita ketemu lagi, ayo kita ke mie reman, ayo kita nonton, ayo kita nyanyi-nyanyi, ayo kita ngegitar, ayo kita galau-galau, ayo kita curhat-curhat, ayo kita sharing-sharing, aaaaaaaa masih banyak lagi. “Nasi kuninggggg! ~ ” hahaha.

Muhammad Akbar Ibnu Farhan Putra Sujarwo wew panjang banget ya nama kamu itu hahaha.

DREAMING



Hi blog!
Nu, tau ga? Tadi malem Dita mimpi Ibnu. Mimpi Ibnu balik lagi ke Indo. Mimpi Ibnu balik lagi ke 6. Mimpi Ibnu balik lagi pake seragam SMAN 6. Mimpi Ibnu duduk di meja lantai 2 depan mading. Mimpi Ibnu lagi main gitar. Mimpi Ibnu nyuruh Dita duduk di samping Ibnu. Dan setelah itu kita berbincang-bincang lagi. Bahagia banget rasanya. Kangen. Aaaaaaaaaaaaa. Kangeeeeeeeeeeeeen. Di mimpi itu, kulitmu sedikit lebih matang, kau masih menggunakan kacamata mu, dan rambutmu baru saja dicukur. Nu, kangen.
Di mimpi itu, baru saja Dita menyelesaikan suatu urusan. Dita tiba di lantai 2 dari tangga sebelah kelas XI-IPA2. Dita memandang jauh ke pojok koridor sampai Dita menemukan Ibnu. Dita berteriak memanggil nama itu. Dengan sikap seperti biasa, Ibnu menoleh ke arah sumber suara. Ibnu menemukan siapa yang memanggil namanya. Ia duduk di atas meja yang ada di depan mading sekolah. Tubuhnya sedikit tertutupi oleh gitar coklat yang ia pangku. Tangan yang satunya menepuk bagian samping meja yang ia duduki. Dan dimulai dari situ. Dita dan Ibnu mulai berbincang lagi. 
Bandung, 29 Desember 2013.
Dalam sebuah percakapan media sosial.
Dita     : Nuuu, dita mimpi ibnu. Ah rasanya bodoh. Kau kembali lagi ke 6, duduk di meja depan mading lt 2 dan memangku gitar. Rambutmu baru cukuran. Heeeemmmmm.
Beberapa jam setelah itu, ada balasan dari Ibnu.
Ibnu     : Wahhhh iyaa? Keren lahh, aku kemarin malem baru cukur rambut lohhh :O
Dita     : Waahhhh? Iiiihhhhh kenapa bisa pas? Hahaha lol aduh
Ibnu     : Iyaaaa! Mimpi mu kerennn hhahaha
Dita     : Hahaha aduh aneh ya ._.v
            Yaaa begitulah kejadiannya. Cukup aneh. Tapi, terimakasih ya mimpi. Dita bisa bertemu Ibnu. Yaaa, meski itu mimpi. Mungkin setidaknya Ibnu benar-benar cukur rambut, hahaha.

MOVE LOVE




Gue sendiri sampai sekarang masih gak paham apa itu namanya cinta. Terkadang, gue sendiri pun gak paham jika sebenarnya gue menyimpan sebuah rasa ke seseorang. Gue juga gak ngerti kapan waktu yang tepat saat gue bisa move on ke seseorang. Katanya sih, move on itu hanya sebuah dongeng (Rizki Nugraha). Ada seseorang yang menganggap move on itu sebagai sebuah prestasi (Tias Aprillia). Ada juga yang bisa move on ke sebuah film Jepang (Haditya Alviansah). Tapi ada juga yang bilang move on itu sebuah alibi agar siapapun takan mengetahui perasaan yang sebenarnya (*piiiip*). Kenapa kebanyakan remaja kini menganggap move on itu sebagai suatu hal yang wajib mereka lakukan setelah mereka usai dalam sebuah hubungan? Padahal, kebanyakan diantara mereka itu mengalami kasus gagal move on. Sepertinya move on itu hanya sebagai formalitas saja.
            Temen gue ngalamin sendiri, bahwa yang namanya move on itu gak akan kita sadari kapan waktu pertama kita bisa move on. Jadi, jika ada teman kalian yang berkata “Tau gak siiiih? Gue udah bisa move on dari si dia kemarin loooh!” itu merupakan sebuah kebohongan besar. Karena yang namanya cinta itu gue jamin lo gak akan pernah mengerti gimana rasanya. Kalo lo selama ini menganggap pacaran itu adalah sebuah cinta itu merupakan kesalah kaprahan. Itu namanya nafsu, bukan cinta. Gue punya temen, sebutlah namanya A. Si A ini pernah bilang ke gue, bahwa dia mencintai seseorang. Dia mencitai orang tersebut, bukan jatuh cinta. Menurutnya da perbedaan antara mencintai dan jatuh cinta. Katanya “Waktu aku memberikan seluruh hati artinya memberikan seluruh perhatian dan pengorbanan tanpa harus jatuh cinta” (Joshua Allen). Gue sendiri pun masih belum paham. Tapi menurut gue, cinta itu sebuah hasrat yang pasti setiap manusia miliki. Tapi gue sendiri pun masih gak bisa mengerti bagaimana cara cinta itu terungkapkan. Terkadang orang lain lebih bisa mengetahui kepada siapa cinta kita tertuju. Sebagai contoh, “Dit, lu suka kan sama si B? kalian cocok, kalin juga klop, banyak hal yang kalian omongin selalu nyambung.” Tanya temen gue. Gue otomatis jawab enggak, meski sebenarnya yang ada di hati gue itu gak tau apa namanya. Yang jelas gue gak pernah bisa jawab pertanyaan seperti itu. Ya beginilah.
            Mungkin, sekarang gue akan belajar bagaimana caranya mencintai seseorang tanpa pernah bisa nafsu mengalir. Cinta itu sederhana. Cinta tanpa terucap kata, lebih baik untuk gue.

Opinion



Hi Blog!
Gue baru aja ngerasain apa yang namanya sakit. Tapi sakit disini beda, entahlah gue sendiri pun gak paham. Tapi di sakit yang sekarang gue masih bisa normal lagi. Dan gue sendiri pun gak tau, apakah ini udah sampe klimaks atau belum. Yang jelas, gue berharap banget, please udah cukup sampe sini aja. Biarin gue gak pernah ngerasain yang kaya gini lagi. Please udah cukup. Ini cape. Cape. Serius. Untuk apa sih? Gak ada guna, malah bikin mata gue sembab sampe pagi. Disaat gini, gue bingung harus cerita ke siapa. Yaaah, baiklah. Akhirnya gue memilih kau wahai Blog-ku yang tercinta untukku jadikan seorang teman curhat. Menyedihkan memang, tapi sungguh ini melegakan sekali.
Mungkin Dita yang salah menilai orang, karena Dita cuma ngeliat di satu sisi orang itu. Tapi bisa jadi juga karena orang itu yang terlalu pandai menyembunyikannya. Terlalu banyak kemungkinan dalam hidup ini, yang Dita sendiri pun gatau harus pilih kemungkinan yang mana.
Mungkin Dita yang terlalu kebawa suasana terdahulu. Suasana dimana semua masalah yang dirasa itu disembunyikan, seakan benar-benar tak ada masalah. Sementara di balik itu semua, hanya batin yang bercerita. Hingga akhirnya kita sampai pada satu titik yang benar-benar “fix gue udah gak tahan ini, oke be a part.”. menurut Dita sendiri, itu masalah saling keterbukaan. Saling menutupi itu gak akan ada hasilnya. Ada orang yang pernah bilang ke gue “Udah ga apa-apa, biar saya aja yang ngerasain. Jangan sampe kamu ngerasain hal yang sama.” Heh, bego lu. Ucapan itu hanya penghibur sekejap. Lu gak tau kan apa yang akan terjadi ketika lo nutupin sebuah masalah. Lambat-laun lu bakal semakin terbiasa untuk nutupin masalah yang lain untuk menutupi masalah sebelumnya. Sama aja namanya bohong. Sekali kita berbohong, kebohongan itu akan terus berlanjut. Jujur, Dita sendiri gak suka sama orang kaya gitu. Lu hina banget sumpah, mau-maunya mendem perasaan masalah itu sendiri dengan alasan agar orang lain gak ngerasain sama persis seperti apa yang sedang lo rasain. Kedengerannya emang pahlawan banget. Tapi sumpah, itu sok pahlawan. Dengan lo bersikap kaya gitu, mana bisa masalah lo kelar? Mana bisa pasangan/sahabat/teman/musuh lo nyadar ada yang sebenernya terjadi. Beraniin mental deh. Yang ada yah, kalo lo ada dalam posisi kaya gini dan ditanya oleh pasangan/sahabat/teman/musuh lo kenapa, lo pasti bakal jawab gapapa. Gak apa-apa dari mana coba? Bego banget sumpah bego. Sorry kasar. Tapi suer, Dita gak suka banget sama situasi ini. Kenapa kita gak saling terbuka aja sih? Rasanya enak loh sepertinya. Ada masalah, oke ayo kita selesain sekarang. Jangan saling menutupi. Apa gunanya sih nutupin masalah? Makin banyak masalah yang lu tutupin, makin stress lu. Serius deh. Setiap masalah itu pasti ada jalan keluarnya, pasti. Itu sih yang Dita percaya.
Atau mungkin Dita yang terlalu percaya. Kita memang butuh percaya, tapi ketika percaya itu berlebih, mungkin akan melahirkan sebuah teori baru. Sepercaya-percayanya lo sama seseorang, please masukin dulu ke logika lo. Terserah sih, mau IQ lo berapa juga, tapi ikutin kata hati lo.
Atau munngkin Dita yang terlalu sayang.
Ternyata bener. Cinta itu gak bisa dipaksa. Mau itu dipaksa untuk gak cinta lagi, ataupun dipaksa untuk cinta.
Gak ada yang namanya sayang itu nanti juga bisa ngikutin seiring berjalannya waktu. Kalau ada? Apa buktinya? Itu hanya sekedar opini seseorang yang mungkin berpacu apa yang dia rasakan tanpa melihat konteks di sekitar. Ya itu menurut dia, tapi belum tentu apa yang dia rasakan sama seperti apa yang kita rasakan. Toh dia buka gue. Boleh sih, minta pendapat seseorang, itu gak dilarang. Tapi tolong sekali lagi, masukin itu ke logika. Akal sehat. Manusia udah sebegitu mulianya sampai di kasih akal, tapi masa gak digunain?
Gak ada yang namanya sayang bisa segimana nanti. Lu gak tau kan apa situasi yang bakal lo terima di waktu yang lo sebut itu “nanti”? Makanya, tetapin dari sekarang. Belum tentukan di waktu yang “nanti” itu bilokrasinya masih sama. Gunain akal lo, logika.
Semua hanya omong kosong. Omong kosong yang diharapkan bisa memperbaiki keadaan secara “sesaat”, padahal dalam kenyataannya nol.
Hari itu Dita belajar banyak. Belajar untuk gak ngegampangin suatu kondisi, khususnya perasaan. Dan apa yang Dita tulis ini. Baru aja Dita dapet dari pengalaman Dita sendiri. Ini menurut opini gue.